Thursday, July 05, 2012


TAFSIR   SURAH  AN-NAHL  ( 36-38 )

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلّ أُمّةٍ رّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الْطّاغُوتَ فَمِنْهُم مّنْ هَدَى اللّهُ وَمِنْهُمْ مّنْ حَقّتْ عَلَيْهِ الضّلالَةُ فَسِيرُواْ فِي الأرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذّبِينَ
Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap  umat ( untuk menyerukan ), Sembahlah Allah ( saja ) dan jauhilah thaghut itu, maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kedudukan orang-orang yang mendustakan Rasul-rasul.” (an-Nahl  : 36)

           


إِن تَحْرِصْ عَلَىَ هُدَاهُمْ فَإِنّ اللّهَ لاَ يَهْدِي مَن يُضِلّ وَمَا لَهُمْ مّن نّاصِرِينَ

Artinya: “Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong. (an-Nahl  : 37)

 ‏‏
وَأَقْسَمُواْ بِاللّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لاَ يَبْعَثُ اللّهُ مَن يَمُوتُ بَلَىَ وَعْداً عَلَيْهِ حَقّاً وَلـَكِنّ أَكْثَرَ الْنّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ ‏
Artinya: “Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh, ‘’Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati’’. ( tidak demikian ),  bahkan  ( pasti Allah akan membangkitkannya ), sebagai suatu janji yang benar dari   Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” .” (an-Nahl  : 38)

            Firman Allah, (wa laqad ba'asnaa fi klli ummatir rasuulan ani’buduuallaha) Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap  umat ( untuk menyerukan ), Sembahlah Allah ( saja ).  Dalam ayat ini Allah menerangkan, bagaimana Dia telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat, agar menyembah kepada Allah yang Esa[1] dan tidak boleh menyekutukannya, mereka secara individu diperintah supaya ta’at dan ikhlash beribadah kepada-Nya.[2]
            Firman Allah (wajtanibuuth thaaghuut) dan jauhilah thagut.  Maksudnya, manusia supaya meninggalkan sesembahan selain daripada Allah, seperti menyembah  pada syaithan dan percaya pada dukun serta tukang ramal.  Karena mereka selalu menyeru (mengajak) pada kesesatan.[3]
            Firman Allah (faminhum man hadaa nallahu) maka diantara umat itu ada adalah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah.  Di antara orang yang diutus oleh Allah yaitu para rasul mereka itulah orang yang mendapat petunjuk Tuhan.  Selaku manusia sebagai umat, supaya membenarkan ajaran para rasulnya, menerima ajarannya, beriman pada Allah, beramal dan mentaati semua peraturan yang dibawa oleh rasul itu.  Maka seseorang yang bisa melaksanakan hal tersebut termasuk orang yang beruntung dan akan mendapatkan kebahagian hidup serta selamat dari siksa Allah.[4]
            Firman Allah (wa minhum man haqqat ‘alaihidh dhalalah) dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.  Maksudnya, Allah selalu mengutus seorang rasul pada setiap umat yang tersesat, akan tetapi mereka justru ingkar pada Allah dan mendustakan para rasul serta mereka cenderung mengikuti thaghut (syaithan).  Kemudian Allah menimpakan kepada mereka siksa dan mendatangkan keburukan yang tidak bisa mereka tolak.[5]
            Firman Allah (fashiiruu fil ardhi fandhuruu kaifa kaana ‘aaqibatul mujrimin) Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kedudukan orang-orang yang mendustakan Rasul-rasul. Allah menyuruh pada umat manusia supaya berjalan dan memperhatikan keadaan umat-umat yang ingkar kepada Allah dan mendustakan  para rasul sehingga mereka merasakan siksa Allah untuk dijadikan suatu pelajaran.[6]
            Firman Allah (in tahrish ‘alaa hudaahum fa innallah la yahdii mayyudhill) Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya. Ada khitab Allah untuk rasul Muhammad saw. “Wahai Muhammad jika engkau mengharapkan hidayah untuk seluruh orang kafir itu tidak mungkin, ketahuilah bahwasanya Allah ta’ala tidak menciptakan hidayah dengan kekuatan dan paksaan pada orang-orang yang menciptakan kesesatan atas usahanya sendiri.”[7] Dalam ayat ini Allah memberikan pernyataan bahwa, orang yang telah disesatkan oleh Allah tidak mungkin mendapat petunjuk.[8]
            Firman Allah (wa maa lahum min naashiriin) dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong.  Maksudnya bahwa, bagi orang yang selalu berbuat kesesatan tidak akan ada seorangpun penolong yang menyelamatkan mereka dari siksa Allah.[9]
            Firman Allah (wa aqsamuu billahi jahda aimaanihim laa yab’asullahu mayyamuut) Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh, “Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati.”    Maksudnya bahwa, orang-orang munafiq itu manyalahi aturan Tuhan di dalam kesungguhan sumpah mereka dengan mengatakan bahwa, Allah tidak akan menghidupkan orang setelah matinya.  Padahal kelak Allah akan menghidupkan orang yang telah mati, dan Allah tidak pernah mengingkari janji-janjinya.[10]
            Firman Allah (balaa wa’dan ‘alaihi haqqan) bahkan  ( pasti Allah akan membangkitkannya ), sebagai suatu janji yang benar.  Ungkapan Allah ini sebagai bantahan terhadap ketidak percayaan mereka pada hari kebangkitan, padahal Allah akan benar-benar membangkitkan mereka (setelah matinya). Janji Allah yang demikian itu adalah benar dan pasti.  Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui taqdir (ketetapan) Allah, justru mereka mengingkari hari kebangkitan dan hari qiyamah.[11]
            Firman Allah (walakinna aksaran naasi laa yaklamuun) akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.  Maksudnya mereka tidak mengetahui taqdir Allah, kemudian mereka mengingkari hari kebangkitan dan hari qiyamah.[12]

            Allah berfirman, bahwa sejak timbulnya benih syirik dan benih kufur dalam kehidupan umat manusia ( Bani Adam ), Allah mengutus kepada tiap umat dan tiap kaum Rasul-rasuln-Nya yang dimulai dengan Nabi Nuh a.s . dan diakhiri dengan Nabi Muhammad saw. Yang risalahnya menjangkau umat manusia seluruhnya yang berada dibawah kolong langit ini dan menjangkau juga jenis makhluk Allah yang disebut jin.[13]
Allah berfirman kepada Rasul-Nya, Betapapun engkau sangat      menginginkan. Dan mengharapkan agar mereka memperoleh petunjuk[14], tidaklah itu akan dapat terjadi jikalau Allah telah menghendaki dan menakdirkan kesesatan bagi mereka.”
Hal yang serupa telah pernah dinyatakan oleh Nabi Nuh kepada kaumnya, sebagaimana tersurat dalam firman Allah :

وَلاَ يَنفَعُكُمْ نُصْحِيَ إِنْ أَرَدْتّ أَنْ أَنصَحَ لَكُمْ إِن كَانَ اللّهُ يُرِيدُ أَن يُغْوِيَكُمْ هُوَ رَبّكُمْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ


Artinya: “Dan tidak akan bermanfaat nasehatku bagi kamu, kalaupun aku memberi nasehat, jika Allah sudah menghendaki kesesatanmu. (Hud : 34)

Selanjutnya, Allah berfirman dalam surat Yunus:

إِنّ الّذِينَ حَقّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ  " وَلَوْ جَآءَتْهُمْ كُلّ آيَةٍ حَتّىَ يَرَوُاْ الْعَذَابَ الألِيمَ

Artinya:”Sesungguhnya orang-orang yang pasti kalimat ( takdir ) Tuhanmu terhadap mereka, tidaklah mereka akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih”. (Yunus : 96-97)

            Selanjutnya, Allah SWT. berfirman menceritakan orang-orang musyrik yang mendustakan Rasul dan tidak mempercayai adanya hari kiamat dan hari kebangkitan, sampai-sampai mereka bersumpah dengan seberat-berat sumpah, bahwasanya Allah tidak akan membangkitkan orang yang sudah mati. Allah menolak pernyataan mereka itu dan menegaskan bahwa hal itu akan terjadi dan bahwa Allah akan membangkitkan orang-orang dari kuburn-Nya ,janji yang tidak dapat tidak akan terlaksana. Akan tetapi kebanyakan orang karena kebodohannya dan keangkuhannya tidak mengetahui dan tidak mempercayai sehingga mereka terjerumus dalam lembah kekafiran.[15]
DAFTAR PUSTAKA



Al-Qur'an al-Karim

At-Thabari,  Ibnu  Jarir,  Jami’ al-Bayan,  (Bairut :  Dar al-Fikr,  2001),  Jilid 8

Ash-Shabuni,  Muhammad ‘Ali,  Shafwah at-Tafaasir,  (Cairo :  Dar ash-Shabuni,  1997),  Jilid 2

Ibnu Kasir. Tafsir al-Qur'an al-‘Adhim,  (Cairo :  Dar al-Hadis,  2002),  Jilid 4

Qurtubi,  ‘Abd Allah bin Ahnad al-Anshari,  al-Jami’ Li Ahkam al-Qur'an ,  (Cairo :  Dar al-Hadis,  2002),  Jilid 5

Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir,  (Bairut :  Dar al-Fikr,  1991), Juz 14




[1] Qurtubi,  ‘Abd Allah bin Ahnad al-Anshari,  al-Jami’ Li Ahkam al-Qur'an ,  (Cairo :  Dar al-Hadis,  2002),  Jilid 5,  h. 456

[2] At-Thabari,  Ibnu  Jarir,  Jami’ al-Bayan,  (Bairut :  Dar al-Fikr,  2001),  Jilid 8,  h. 124
[3] Ash-Shabuni,  Muhammad ‘Ali,  Shafwah at-Tafaasir,  (Cairo :  Dar ash-Shabuni,  1997),  Jilid 2,  h. 117;  Qurtubi,  ‘Abd Allah bin Ahnad al-Anshari,  al-Jami’ Li Ahkam al-Qur'an ,  (Cairo :  Dar al-Hadis,  2002),  Jilid 5,  h. 456

[4] At-Thabari,  Ibnu  Jarir,  Jami’ al-Bayan,  (Bairut :  Dar al-Fikr,  2001),  Jilid 8,  h. 124

[5] At-Thabari,  Ibnu  Jarir,  Jami’ al-Bayan,  (Bairut :  Dar al-Fikr,  2001),  Jilid 8,  h. 124

[6] Ash-Shabuni,  Muhammad ‘Ali,  Shafwah at-Tafaasir,  (Cairo :  Dar ash-Shabuni,  1997),  Jilid 2,  h. 117;  At-Thabari,  Ibnu  Jarir,  Jami’ al-Bayan,  (Bairut :  Dar al-Fikr,  2001),  Jilid 8,  h. 124

[7] Ash-Shabuni,  Muhammad ‘Ali,  Shafwah at-Tafaasir,  (Cairo :  Dar ash-Shabuni,  1997),  Jilid 2,  h. 117

[8] At-Thabari,  Ibnu  Jarir,  Jami’ al-Bayan,  (Bairut :  Dar al-Fikr,  2001),  Jilid 8,  h. 125

[9] Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir,  (Bairut :  Dar al-Fikr,  1991), Juz 25,  h. 105
[10] At-Thabari,  Ibnu  Jarir,  Jami’ al-Bayan,  (Bairut :  Dar al-Fikr,  2001),  Jilid 8,  h. 125

[11] Ash-Shabuni,  Muhammad ‘Ali,  Shafwah at-Tafaasir,  (Cairo :  Dar ash-Shabuni,  1997),  Jilid 2,  h. 117

[12] Ash-Shabuni,  Muhammad ‘Ali,  Shafwah at-Tafaasir,  (Cairo :  Dar ash-Shabuni,  1997),  Jilid 2,  h. 118

[13] Ibnu Kasir. Tafsir al-Qur'an al-‘Adhim,  (Cairo :  Dar al-Hadis,  2002),  Jilid 4, h. 577
[14] Ibnu Kasir. Tafsir al-Qur'an al-‘Adhim,  (Cairo :  Dar al-Hadis,  2002),  Jilid 4, h. 577
[15] Ibnu Kasir. Tafsir al-Qur'an al-‘Adhim,  (Cairo :  Dar al-Hadis,  2002),  Jilid 4, h. 578

No comments:

Post a Comment

Mohon Diisi Dengan Kritik dan Saran Yang Membagun